Pembelajaran Berbasis Multimedia
Senin, 10 Desember 2018
Edit
Penggunaan multimedia sekarang telah mewarnai sistem pendidikan sehari-hari. Bukan suatu yang luar biasa kalau kita mendapati sebuah ruangan di sebuah SMTA komplit dengan proyektor Infocus atau TV plasma 42 inci yang bisa terkoneksi via USB dengan laptop atau PC.
Lebih dari itu, telah menjadi standar kalau laboratorum komputer dilengkapi dengan deretan unit PC Pentium Core II Duo bermonitor LCD Samsung untuk setiap siswa.
Di perut CPU pun tertanam software Windows original dengan bermacam-macam aplikasi yang mendukung penggunaan multimedia menyerupai Adobe Preimer, InDesign, Photoshop maupun perangkat lunak keluarga CorelDRAW.
Tentu bukan sekedar menaikkan bonafiditas institusi sekolah, multimedia tetaplah bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Intinya, ‘belajar dengan teknologi’ dan bukan ‘belajar wacana teknologi’. Hal di atas berangkat dari hakikat pendidikan sendiri. Yaitu proses pembelajaran untuk merubah sikap yang terdiri dari cara berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tujuan pendidikan.
Idiom pertama menasbikan proseb berguru yang terus menerus menggali manfaat teknologi dan membuat terobosan pembelajaran. Berbarengan dengan pemanfaatan itu, terjadi proses menguasai teknologi. Sementara idiom kedua, terbatas penguasaan semata.
Pengalaman Sekolah Menengah kejuruan I Multimedia Tanah Luas di Aceh Utara menandakan multimedia membuat pengajaran yang disampaikan para guru lebih berkesan, komunikatif, cepat dan menyenangkan. Suasana yang terbangun pun memungkinkan berlangsungnya interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri.
Multimedia juga menyediakan peluang bagi guru mengembangkan teknik pembelajaran sehingga memaksimalkan perembesan materi asuh oleh para siswa. Apalagi dengan internet, sumber informasi tidak lagi hanya dari teks dari buku dan materi tertulis lainnya. Pondasi fundamental internet yang termaktub dari frasa ‘www’ alias world wide web, memberi keleluasaan guru dan siswa mendapat rujukan global.
Dengan prosedur pilah dan pilih informasi, multimedia berbasis internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapat informasi yang dibutuhkan dan membuat contoh berguru ideal: pembelajaran dua arah.
Visualisasi
Salah satu elemen dari multimedia yaitu kemampuan visualisasi. Kemampuan ini sanggup menjawab duduk perkara proses berguru mengajar (PBM) yang kadangkala terkendala oleh materi asuh yang terbilang baru, abnormal dan kompleks.
Kendala ini lazim kita temui dalam materi pelajaran fisika, biologi, berikut terapannya dalam teknik mesin atau otomotif hingga sosial dan PPKN. Dengan visualisasi berupa foto (gambar diam) dan video, siswa sanggup memahami materi-materi itu yang sebelumnya belum pernah mereka alami.
Buku panduan produksi film dokumenter memang cukup memandu siswa Sekolah Menengah kejuruan I Tanah Luas untuk mendapat pemahaman. Tapi, sesudah mereka melihat video proses produksi sebuah film berikut dengan alur dan pembagian kerja, siswa lebih merasa siap dan melaksanakan praktik.
Contoh lainnya, sanggup dilihat di Sekolah Menengah kejuruan Kelautan Majene, Sulawesi Barat. Sekolah ini mempunyai tiga jurusan, yaitu Nautika Perikanan Laut (NPL), Budidaya Perikanan Laut (BPL) dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP).
Penyampaian materi asuh dengan tayangan video dan slide melalaui proyektor membantu siswa jurusan NPL memahami penggunaan dan perawatan peralatan menyerupai radio SSB, lampu navigasi, fish finder, hingga GPS. Tanpa mengurangi tugas guru, multimedia malah membuat proses pembelajaran lebih efisien.
Beragam fitur dalam satu saja perangkat multimedia juga membuat guru dan siswa leluasa leluasa memilih, memilah, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan. Selanjutnya, mereka saling menyebarkan satu sama lain.
Penyerapan Materi
Selain memberi kesan lebih dalam penyampaian, multimedia juga membantu perembesan materi. Ini alasannya yaitu perangkat multimedia memungkinkan penayangan ulang suatu materi. Dengan ini, multimedia mengakomodasi siswa yang lamban menyerap pelajaran. Sekaligus, secvara psikologis meminimalkan kemungkinan perasaan tertekan pada siswa. Ditunjang dengan komunikasi yang baik oleh guru, siswa pun mendapat motivasi positif.
Ini sejurus dengan penelitian De Porter yang menemukan bahwa daya serap insan bervariasi sesuai dengan penggunaan panca indera. Ini juga perhubungan dengan perangkat sumber informasi. Ia mengungkapkan insan sanggup menyerap suatu materi sebanyak 70% dari yang ia kerjakan, 50% dari yang didengar dan dilihat (audio visual). Sementara itu hanya 30% dari dari yang dilihat, hanya 20% dari yang didengar dan terakhir, 10% dari yang dibaca.
Peran guru dan Kreativitas
Satu hal yang patut digarisbawahi sebagai prinsip dalam pemanfaatan multimedia yaitu posisi dan fungsi guru tetaplah utama. Seperti halnya teknologi ciptaan insan lainnya, multimedia hanya alat bantu para guru. Ini berangkat dari prinsip bahwa pembelajaran yang ideal yaitu interaksi yang tinggi antara siswa dengan materi belajar, bukan antara siswa dengan alat.
Di sisi lain penguasaan teknologi merupakan tuntutan jaman kala serba digital ini. Oleh alasannya yaitu itu, guru mesti meniru keterampilan teknis dan keahlian mengajar secara terus-menerus dan berkala. Untuk hal ini, para guru multimedia Sekolah Menengah kejuruan I Tanah Luas mendapat materi perhiasan dari seorang pembimbing guru berupa metode transfer ilmu yang sanggup diserap dengan gampang bagi siswa dan penciptaan suasana berguru yang aktif di dalam laboratorium komputer.
Siswa pun juga jangan hingga tergantung pada multimedia alasannya yaitu intinya alat tetaplah perangkat yang mempunyai keterbatasan. Dan justru keterbatasanlah yang mendorong kita lebih kreatif termasuk dalam maksimalisasi multimedia.
Misalnya, penggabungan antara desain vektor yang diolah di CorelDRAW yang dimasukkan sebagai ilustrasi dalam layout majalah yang didesain memakai Adobe InDesign. Inipun berangkat dari keterbatasan CorelDRAW dalam melayout publikasi multihalaman dan kurangnya keleluasaan kita membuat ilustrasi di InDesign. Hasilnya yaitu tampilan majalah yang menarik dengan variasi ilustrasi dan foto.
Kelebihan Penggunaan TI dan Multimedia Dalam Pendidikan
1. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2. Menjangkau seluruh siswa di banyak sekali daerah dengan mutu yang sama.
3. Mendorong guru berkreasi dalam mencari terobosan pembelajaran.
4. Kemampuannya menggabungkan teks, gambar, audio dan animasi merangsang panca indera.
5. Menimbulkan minat dan menambah motivasi siswa.
6. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk disampaikan dibandingkan kalau melalui klarifikasi satu arah atau alat peraga konvensional
7. Memungkinkan pembelajaran berdikari alasannya yaitu sistem penyimpanan yang fleksibel sehingga tidak terbatas waktu dan daerah serta sanggup digandakan.
Menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, ada tiga keterampilan penunjang dalam memanfaatkan multimedia bagi pendidikan:
1. Kemampuan berbahasa Inggris yang baik
2. Keterampilan mengoperasikan komputer
3. Keterampilan pembelajaran (learning skill).
Lebih dari itu, telah menjadi standar kalau laboratorum komputer dilengkapi dengan deretan unit PC Pentium Core II Duo bermonitor LCD Samsung untuk setiap siswa.
Di perut CPU pun tertanam software Windows original dengan bermacam-macam aplikasi yang mendukung penggunaan multimedia menyerupai Adobe Preimer, InDesign, Photoshop maupun perangkat lunak keluarga CorelDRAW.
Tentu bukan sekedar menaikkan bonafiditas institusi sekolah, multimedia tetaplah bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Intinya, ‘belajar dengan teknologi’ dan bukan ‘belajar wacana teknologi’. Hal di atas berangkat dari hakikat pendidikan sendiri. Yaitu proses pembelajaran untuk merubah sikap yang terdiri dari cara berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tujuan pendidikan.
Idiom pertama menasbikan proseb berguru yang terus menerus menggali manfaat teknologi dan membuat terobosan pembelajaran. Berbarengan dengan pemanfaatan itu, terjadi proses menguasai teknologi. Sementara idiom kedua, terbatas penguasaan semata.
Pengalaman Sekolah Menengah kejuruan I Multimedia Tanah Luas di Aceh Utara menandakan multimedia membuat pengajaran yang disampaikan para guru lebih berkesan, komunikatif, cepat dan menyenangkan. Suasana yang terbangun pun memungkinkan berlangsungnya interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri.
Multimedia juga menyediakan peluang bagi guru mengembangkan teknik pembelajaran sehingga memaksimalkan perembesan materi asuh oleh para siswa. Apalagi dengan internet, sumber informasi tidak lagi hanya dari teks dari buku dan materi tertulis lainnya. Pondasi fundamental internet yang termaktub dari frasa ‘www’ alias world wide web, memberi keleluasaan guru dan siswa mendapat rujukan global.
Dengan prosedur pilah dan pilih informasi, multimedia berbasis internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapat informasi yang dibutuhkan dan membuat contoh berguru ideal: pembelajaran dua arah.
Visualisasi
Salah satu elemen dari multimedia yaitu kemampuan visualisasi. Kemampuan ini sanggup menjawab duduk perkara proses berguru mengajar (PBM) yang kadangkala terkendala oleh materi asuh yang terbilang baru, abnormal dan kompleks.
Kendala ini lazim kita temui dalam materi pelajaran fisika, biologi, berikut terapannya dalam teknik mesin atau otomotif hingga sosial dan PPKN. Dengan visualisasi berupa foto (gambar diam) dan video, siswa sanggup memahami materi-materi itu yang sebelumnya belum pernah mereka alami.
Buku panduan produksi film dokumenter memang cukup memandu siswa Sekolah Menengah kejuruan I Tanah Luas untuk mendapat pemahaman. Tapi, sesudah mereka melihat video proses produksi sebuah film berikut dengan alur dan pembagian kerja, siswa lebih merasa siap dan melaksanakan praktik.
Contoh lainnya, sanggup dilihat di Sekolah Menengah kejuruan Kelautan Majene, Sulawesi Barat. Sekolah ini mempunyai tiga jurusan, yaitu Nautika Perikanan Laut (NPL), Budidaya Perikanan Laut (BPL) dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP).
Penyampaian materi asuh dengan tayangan video dan slide melalaui proyektor membantu siswa jurusan NPL memahami penggunaan dan perawatan peralatan menyerupai radio SSB, lampu navigasi, fish finder, hingga GPS. Tanpa mengurangi tugas guru, multimedia malah membuat proses pembelajaran lebih efisien.
Beragam fitur dalam satu saja perangkat multimedia juga membuat guru dan siswa leluasa leluasa memilih, memilah, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan. Selanjutnya, mereka saling menyebarkan satu sama lain.
Penyerapan Materi
Selain memberi kesan lebih dalam penyampaian, multimedia juga membantu perembesan materi. Ini alasannya yaitu perangkat multimedia memungkinkan penayangan ulang suatu materi. Dengan ini, multimedia mengakomodasi siswa yang lamban menyerap pelajaran. Sekaligus, secvara psikologis meminimalkan kemungkinan perasaan tertekan pada siswa. Ditunjang dengan komunikasi yang baik oleh guru, siswa pun mendapat motivasi positif.
Ini sejurus dengan penelitian De Porter yang menemukan bahwa daya serap insan bervariasi sesuai dengan penggunaan panca indera. Ini juga perhubungan dengan perangkat sumber informasi. Ia mengungkapkan insan sanggup menyerap suatu materi sebanyak 70% dari yang ia kerjakan, 50% dari yang didengar dan dilihat (audio visual). Sementara itu hanya 30% dari dari yang dilihat, hanya 20% dari yang didengar dan terakhir, 10% dari yang dibaca.
Peran guru dan Kreativitas
Satu hal yang patut digarisbawahi sebagai prinsip dalam pemanfaatan multimedia yaitu posisi dan fungsi guru tetaplah utama. Seperti halnya teknologi ciptaan insan lainnya, multimedia hanya alat bantu para guru. Ini berangkat dari prinsip bahwa pembelajaran yang ideal yaitu interaksi yang tinggi antara siswa dengan materi belajar, bukan antara siswa dengan alat.
Di sisi lain penguasaan teknologi merupakan tuntutan jaman kala serba digital ini. Oleh alasannya yaitu itu, guru mesti meniru keterampilan teknis dan keahlian mengajar secara terus-menerus dan berkala. Untuk hal ini, para guru multimedia Sekolah Menengah kejuruan I Tanah Luas mendapat materi perhiasan dari seorang pembimbing guru berupa metode transfer ilmu yang sanggup diserap dengan gampang bagi siswa dan penciptaan suasana berguru yang aktif di dalam laboratorium komputer.
Siswa pun juga jangan hingga tergantung pada multimedia alasannya yaitu intinya alat tetaplah perangkat yang mempunyai keterbatasan. Dan justru keterbatasanlah yang mendorong kita lebih kreatif termasuk dalam maksimalisasi multimedia.
Misalnya, penggabungan antara desain vektor yang diolah di CorelDRAW yang dimasukkan sebagai ilustrasi dalam layout majalah yang didesain memakai Adobe InDesign. Inipun berangkat dari keterbatasan CorelDRAW dalam melayout publikasi multihalaman dan kurangnya keleluasaan kita membuat ilustrasi di InDesign. Hasilnya yaitu tampilan majalah yang menarik dengan variasi ilustrasi dan foto.
Kelebihan Penggunaan TI dan Multimedia Dalam Pendidikan
1. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2. Menjangkau seluruh siswa di banyak sekali daerah dengan mutu yang sama.
3. Mendorong guru berkreasi dalam mencari terobosan pembelajaran.
4. Kemampuannya menggabungkan teks, gambar, audio dan animasi merangsang panca indera.
5. Menimbulkan minat dan menambah motivasi siswa.
6. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk disampaikan dibandingkan kalau melalui klarifikasi satu arah atau alat peraga konvensional
7. Memungkinkan pembelajaran berdikari alasannya yaitu sistem penyimpanan yang fleksibel sehingga tidak terbatas waktu dan daerah serta sanggup digandakan.
Menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, ada tiga keterampilan penunjang dalam memanfaatkan multimedia bagi pendidikan:
1. Kemampuan berbahasa Inggris yang baik
2. Keterampilan mengoperasikan komputer
3. Keterampilan pembelajaran (learning skill).
sumber : Nur Iman Gunarba
Berbagai Sumber