Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam
Senin, 23 Januari 2017
Edit
Berikut ini adalah berkas buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Download file PDF untuk bahan media pembelajaran IPS, Sejarah, Geografi dan lain-lain. Buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam ini diterbitkan oleh Direktorat Geografi Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011, Penulis: Bambang Budi Utomo, Editor: Endjat Djaenuderadjat, Layout dan Desain: Andi Syamsu Rijal, Fider Tendiardi, Syukur Asih Suprodjo.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam
Berikut ini kutipan teks keterangan dari isi berkas buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam):
Buku yang berjudul Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam menguraikan salah satu babakan sejarah Indonesia yang berlangsung mulai abad ke-13 hingga ke-17 Masehi. Pada kurun waktu empat abad ini banyak bangsa asing yang datang ke Nusantara guna keperluan dagang. Mereka datang dari jauh hanya untuk mencari komoditi yang sangat laku dijual pada kala itu, yaitu rempah-rempah. Pada waktu itu rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala hanya dihasilkan di bumi Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku (Ternate, Tidore, Bacan, dan Banda).
Implikasi dari kedatangan bangsa-bangsa asing ke Nusantara adalah masuk dan berkembangnya kebudayaan asing yang mereka bawa, termasuk juga agama dan sistem/bentuk pemerintahan, dari suatu komunitas kerajaan yang mendapat pengaruh kebudayaan India dan penganut ajaran Buddha/Hindu menjadi kerajaan yang bernuansa Islam. Di bagian timur Nusantara terdapat bentuk pemerintahan yang bernuansa Islam, sementara itu rakyatnya ada yang beragama Islam, dan ada juga yang beragama Nasrani (Katolik dan Protestan).
Dalam penulisan sebuah buku sejarah, dihadapkan pada hambatan dalam hal sistematika penulisan. Tuntutan menguraikan kesejarahan berdasarkan wilayah provinsi sangat tidak tepat, karena pada masa lampau batasan wilayah politik/kekuasaan sebuah kerajaan tidak sama seperti wilayah provinsi sekarang. Bisa jadi wilayah kekuasaan sebuah kerajaan melampaui batas-batas provinsi sekarang. Bahkan wilayah sebuah kerajaan, dapat mencakup dua atau tiga provinsi.
Nusantara adalah sebuah wilayah yang terdiri dari pulau-pulau. Di masing-masing pulau berdiam kelompok-kelompok masyarakat dengan corak budaya yang berbeda. Mungkin karena didorong suatu kebutuhan bersama, pada suatu saat kelompok-kelompok masyarakat ini membentuk sebuah kerajaan dan mengangkat salah seorang pemimpinnya. Bermula dari sebuah kerajaan yang kecil dengan luas wilayahnya kira-kira seluas sebuah desa, lama kelamaan menjadi besar dengan cakupan melebihi batasan alamiah seperti sungai, gunung,dan laut.
Nusantara menerima kedatangan bangsa-bangsa asing sudah berlangsung lama. Berdasarkan data arkeologis dan data sejarah yang sampai kepada kita, bangsa asing datang ke Nusantara sejak abad pertama Masehi. Bangsa India sudah lebih dulu datang ke Nusantara, kemudian menyusul bangsa Tionghoa, Persia, Arab, dan bangsa-bangsa Eropa. Semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu berdagang. Dari aktivitas perdagangan ini lama-kelamaan dibarengi dengan aktivitas penyebaran ajaran/agama. Ketika bangsa-bangsa Asia melakukan aktivitas dagang yang dibarengi dengan penyebaran agama, bangsa Eropa melakukan penjajahan di bumi Nusantara. Dimulai dari monopoli perdagangan rempah dengan cara menetapkan harga yang rendah kemudian berkembang menjadi penjajahan.
Sekitar abad ke-15 adalah suatu masa dimana pengaruh kebudayaan asing masuk dan berkembang di Nusantara. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa masa itu adalah suatu masa dimana agama Islam berkembang luas di Nusantara. Akibat dari keyakinan itu banyak buku sejarah yang kajiannya dari sekitar abad ke-15 hanya menguraikan tentang agama Islam dan tinggalan budayanya. Dalam kenyataannnya, ada agama Nasrani yang juga masuk dan berkembang di wilayah tertentu di Nusantara. Dengan demikian, kajian mengenai masuk dan berkembangnya agama Nasrani di Nusantara sangat jarang dilakukan para peneliti/penulis. Ditambah lagi tinggalan budaya materinya sangat jarang ditemukan.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tadi, buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam ditulis dengan sistematikanya menurut pulau-pulau besar dan kelompok pulau-pulau kecil yang ada di Nusantara. Pulau-pulau besarnya terdiri dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, dan Kepulauan Sunda Kecil.
Buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam berisikan tujuh bab yang terdiri dari Bab 1. Pendahuluan, Bab 2. Sumatra: Dikenal Karena Harumnya Kapur dari Barus, Bab 3. Pulau Jawa: Tanah Para Wali, Bab 4. Kepulauan Sunda Kecil Bab 5. Kalimantan: Penghasil Batu Permata dan Kapal Kayu, Bab 6. Sulawesi: Asalnya Pelaut Pengawal Amanagappa, dan 7.Kepulauan Maluku dan Papua.
Bab Pendahuluan berisikan tentang indikasi awal masuknya agama Islam di Nusantara melalui data artefak dan sumber-sumber tertulis. Menurut data tersebut keberadaan Islam di Nusantara dimulai sejak sekitar abad ke-10 Masehi, yaitu ketika di Nusantara sedang berjaya kerajaan yang menganut ajaran Buddha, yaitu Śrīwijaya dan Matarām. Ditulis juga corak warna Islam yang berkembang di Nusantara sebagaimana tampak dari adat istiadat dan tinggalan budayanya. Masuknya budaya Eropa juga berimplikasi pada kebudayaan di Nusantara. Selain masuknya agama Islam juga masuk agama Nasrani, meskipun jauh sebelumnya telah hadir agama Nasrani aliran Nestorian.
Dalam Bab 2. Sumatra diuraikan tentang hasil hutan Sumatra yang menjadikan bangsa-bangsa asing untuk datang ke Sumatra. Kapur Barus merupakan barang komoditi yang menarik perhatian para saudagar karena sangat laku dipasaran. Akibat dari datangnya pengaruh asing di bumi Sumatra, maka pada abad ke-13 muncul sebuah kerajaan yang bernuansa Islam, yaitu Samudra Pasai. Setelah kerajaan ini muncul, di daerah lain muncul juga kerajaan-kerajaan yang bernuansa Islam seperti Aceh, Palembang-Darussalam, Siak-Gasib, dan Minangkabau.
Uraian Bab 3. Pulau Jawa lebih mengetengahkan peranan bandar-bandar yang ada di pantai utara Jawa dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam. Bandar-bandar tersebut di kemudian hari berkembang menjadi kerajaan yang bernuansa Islam, seperti Kerajaan Demak, Banten, Cirebon, Pajang, dan Mataram. Bandar Kerajaan Sunda setelah pengislaman kemudian menjadi bandar Jakarta. Meskipun tidak pernah menjadi kerajaan, bandar ini terus berkembang dan akhirnya mencapai bentuknya sebagai kota yang terbesar di Nusantara. Gresik merupakans alah satu bandar yang tersibuk dan pernah menjadi pusat pengajaran Islam. Banyak mubaligh yang kemudian mengembangkan Islam di kawasan timur Nusantara belajar di Gresik.
Uraian Bab 4. Rangkaian kepulauan yang juga menjadi dayatarik Nusantara bagi bangsa-bangsa asing adalah Kepulauan Sunda Kecil. Rangkaian kepulauan ini terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan pulau-pulau kecil lain baik yang berpenghuni maupun tidak. Sejarah mencatat hasil hutan dari daerah ini adalah sejenis kayu-kayuan, seperti kayu cendana dan kayu gaharu yang dipakai sebagai bahan pewangi. Dari sisi agama, jika dibandingkan dengan kawasan lain di Nusantara, penduduk dari kepulauan ini berbeda dengan penduduk dari pulau/kepulauan lain di Nusantara. Di Bali sebagian besar penduduknya menganut ajaran Hindu, di Lombok dan Sumbawa menganut agama Islam, dan di pulau Flores dan Sumba menganut agama Nasrani/Katolik. Keberadaan Katolik di Kepulauan Sunda Kecil dengan pusat pendidikannya di Solor, diawali ketika Portugis terdesak dari Ternate. Di daerah ujung Pulau Timur inilah para padri Katolik menyebarkan agama pada penduduk lokal.
Kalimantan merupakan pulau yang terbesar di Nusantara, tetapi dalam percaturan sejarah Indonesia (sejarah masa pengaruh kebudayaan India dan masuknya Islam dan kolonial) kurang dikenal meskipun kebudayaan asing yang pertama di Nusantara pernah hadir di Kalimantan. Keberadaan Islam di Kalimantan relatif belum lama. Banyak matarantai yang terputus setelah kehadiran kerajaan yang mendapat pengaruh kebudayaan India. Tiba-tiba muncul kerajaan yang bernuansa Islam seperti Kesultanan Banjar, Kesultanan Sambas, dan Kesultanan Kutai Kertanegara. Pada masa berkembangnya kerajaan yang bernuansa Islam, Kalimantan dikenal sebagai daerah penghasil batu permata dan produsen perahu/kapal. Uraian mengenai Kalimantan terdapat dalam Bab 5 Kalimantan.
Dari Sulawesi dikenal pelaut-pelaut penjelajah Nusantara. Orang selalu mengatakan bahwa para pelaut itu berasal dari suku Bugis. Dalam kesehariannya, Suku Bugis adalah sukubangsa yang hidup dari pertanian. Pada masa berkembangnya Islam di Nusantara, di Sulawesi hadir sebuah kerajaan bahari yang bernuansa Islam, yaitu Kerajaan Gowa-Tallo. Wilayah kekuasaannya cukup luas, hampir seluas sepertiga Nusantara. Pada masa kejayaannya telah lahir semacam undang-undang kelautan/perdagangan laut yang dikenal dengan nama Amannagappa. Demikian pula dengan wilayah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Dalam Bab 6 buku ini menguraikan tentang kerajaan bahari di Sulawesi dan peranannya dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Sejak awal millenium pertama tarikh masehi, Nusantara dikenal oleh bangsa-bangsa lain karena rempah- rempahnya. Dan hasil rempah ini konon hanya tumbuh di bumi Maluku, sebuah kepulauan yang terdapat di bagian timur Nusantara. Bersamaan itu pula, bahkan sebelumnya Islam sudah masuk. Bab 7 buku ini sebagian menguraikan tentang rempah-rempah dan pulau mana saja yang menghasilkan komoditi ini dan kerajaan-kerajaan Islam “pemilik” dari kebun rempah. Demikian pula ulasan Islam di Papua yang mayoritas pengaruh dari Kerajaan Tidore.
Download Buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:
Download File:
Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam.pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Semoga bisa bermanfaat.